Selatpanjang – Angin segar mulai bertiup dari Selatpanjang. Dalam senyap tapi pasti, duet kepemimpinan Bupati AKBP (Purn) H. Asmar dan Wakil Bupati Muzamil Baharudin mulai menata ulang fondasi pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Tanpa gebyar seremoni besar, tapi cukup membuat perbincangan hangat dari ruang kantor hingga warung kopi. (27/05)
Usia kepemimpinan mereka memang masih muda. Namun dalam diam, satu demi satu langkah strategis mulai dijalankan. Salah satunya—dan mungkin paling krusial—adalah merombak struktur birokrasi di tubuh Pemkab Meranti.
Melalui Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM), evaluasi terhadap enam pejabat eselon II diajukan. Namun hanya lima yang dinyatakan memenuhi syarat. Dari lima itu, izin rotasi hanya turun untuk tiga orang. Tanpa menunggu lebih lama, pelantikan digelar diam-diam pada malam Selasa, 27 Mei 2025, di Aula Kantor Bupati.
“Peraturan teknis pelantikan hasil evaluasi kepala daerah sudah kami terima dari Kemendagri. Jadi akan ada beberapa kepala dinas yang digeser,” ujar Wakil Bupati Muzamil Baharudin saat ditemui wartawan pagi harinya.
Meski tak menyebut nama secara terbuka, Muzamil memberi sinyal bahwa pelantikan bisa saja terjadi malam itu. Dan benar saja, malamnya tiga pejabat eselon II dilantik. Tidak dalam suasana glamor, tapi cukup untuk menegaskan bahwa birokrasi Meranti sedang dibenahi.
“Ini penyegaran, bukan hukuman. Mereka hanya digeser ke posisi setara, tidak ada yang dinonjobkan,” tegas Kepala BKPSDM Bakharuddin, M.Pd, yang akrab disapa Pak Elong.
Menurutnya, rotasi ini merupakan bagian dari membentuk “tim kerja” yang mampu mengikuti ritme dan arah visi-misi Bupati dan Wakil Bupati. Bukan semata rotasi jabatan, tapi strategi menciptakan irama kerja yang lebih harmonis, lebih cepat, dan lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat.
Tak ada keputusan terburu-buru. Tapi stagnasi juga bukan pilihan. Asmar dan Muzamil menunjukkan bahwa birokrasi bukan tempat nyaman yang statis, melainkan harus lentur terhadap tantangan zaman. Dan di bawah kepemimpinan mereka, jabatan bukan hadiah, tapi amanah yang terus diuji dan diperbarui.
Meski daftar nama dijaga rapat hingga menit terakhir, suasana di Aula Kantor Bupati malam itu sudah cukup menjadi isyarat: arah baru sedang disiapkan. Langkah pelantikan tiga pejabat bukan semata soal personalia, tapi pesan simbolik bahwa pemerintah ingin birokrasi mulai bergerak—dan kalau perlu, berlari.
Perubahan ini menjadi ujian pertama Asmar–Muzamil: seberapa besar komitmen mereka dalam mereformasi birokrasi. Rakyat tak lagi hanya menonton, tapi berharap. Bahwa di balik rotasi jabatan, ada perombakan etos. Bahwa di balik seremoni kecil, ada gerakan besar menuju pemerintahan yang lebih lincah, profesional, dan berpihak.
Jika langkah awal ini berhasil, bukan tidak mungkin Meranti akan menjadi contoh: bahwa perubahan bisa dimulai dari hal-hal yang tampak kecil, tapi berdampak besar.
Dan malam itu, langit Selatpanjang mungkin tak berbeda dari biasanya. Tapi bagi tiga pejabat yang dilantik, dan untuk roda pemerintahan Meranti ke depan, malam itu adalah titik awal sebuah babak baru.
Birokrasi yang selama ini terlalu nyaman mulai disentuh. Dan jika semuanya berjalan sesuai arah, maka inilah awal dari mesin pemerintahan yang bukan sekadar hidup—tapi bergerak cepat, untuk rakyat.